Wednesday, March 25, 2009

Aku dan Si Putri Malu

"pagi yang indah!" seruku saat membuka mata dan membiarkan angin sepoi menerpa tiap helai daun-daunku.



"ting.... ting...."
denting lonceng yang sangat familier itu membuat tubuhku gugup.

ia datang.... ia tersenyum.....
kutahan tiap helai daunku agar rasa gugup ini tak terlihat olehnya.

"ting.... ting...."
lagi-lagi terdengar suara lonceng berdenting.

sekarang, ia sudah duduk tepat di sampingku. hening...

sesekali jemarinya memainkan beberapa helai daunku.
daunku menutup sebagai respon, lalu kubiarkan terbuka agar ia dapat memainkannya kembali.

ia tertawa.... aku suka saat melihatnya tertawa, denting lonceng terdengar sangat indah saat ia tertawa.

lagi-lagi ia memainkan daun-daunku.

tertutup.... terbuka.... tertutup... terbuka....
kubiarkan hal itu terjadi berkali-kali.
ia tertawa.... senyuman merekah pada kelopak bungaku.

tak berapa lama, ia membungkuk dan siap-siap untuk berdiri.
ia akan pergi, kecewa rasanya waktu cepat berlalu.

di tepuk-tepuk jeansnya agar beberapa helai rumput terjatuh.

untuk terakhir kalinya, ia menyentuh daun-daunku lagi.
tertawa.... tersenyum.... lalu pergi.


denting lonceng terdengar semakin lirih saat ia pergi.

**


sepi melanda beberapa saat.

sesosok tubuh tinggi besar berbahu kuat melewatiku.
ia berhenti.... menoleh ke arahku.... memandangiku beberapa saat.... tersenyum.... lalu pergi.
senyuman lembut malu-malu terlukis pada wajahnya yang bergaris keras.

sosoknya membuat atmosfer udara di sekelilingku terasa aneh.
entah sedih, bahagia, bingung, atau apapun itu, tak dapat kupahami.
beragam pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku.

aku kembali gugup.

**

hari semakin petang.
seseorang yang kunanti belum juga menampakkan diri.
detik-demi-detik menemani dalam kesabaranku.



harum bunga mawar menyerbak tertangkap oleh panca indraku. ak terlonjak gembira. "ia datang!"

ia tersenyum... ia menghampiriku....
sangat bahagia melihatnya di sini.

tanpa sadar pikiranku menerawang ke masa lalu.
saat dimana ia datang ke padang rumput ini tapi bukan untukku.
saat dimana ia selalu menghabiskan waktunya dengan si bunga matahari.
saat-saat dimana ia melihatku namun tak sedikitpun menghampiriku seakan-akan tubuhnya terhipnotis oleh aura mengagumkan si bunga matahari.

saat itu rasanya tiap-tiap bagian daunku rontok perlahan dan perih menjalar di setiap bagian yang mereka tanggalkan.

kurasakan sebuah sentuhan, daunku tertutup spontan merespon sentuhan itu.
ia menyentuhku, memainkan daun-daunku, menyadarkan aku bahwa itu semua hanya masa lalu.

kulirik bunga matahari, ia tetap berdiri kokoh dan mengagumkan.
kutepis ingatan perih dari pikiranku dan tersenyum.
diam-diam aku juga mengaguminya.

**

aku tak pernah menyesali hidupku,
aku sekarang bahagia dan berharap akan terus bahagia.

aku percaya,
setiap bunga memiliki takdir dan jalan hidup masing-masing,
takdir dengan akhir kisah yang membahagiakan.

No comments:

Post a Comment